Prinsip Pengomposan

Pengomposan merupakan proses penghancuran atau dekomposisi bahan organik oleh berbagai jenis mikroorganisme di dalam suatu lingkungan terkendali, dengan hasil berupa produk yang cukup stabil disimpan dan tidak menimbulkan efek yang merugikan bila diberikan pada tanah maupun tanaman.  Prinsip pembuatan kompos merupakan pencampuran bahan organik dengan mikroorganisme sebagai aktivator. Bioaktivator tersebut dapat diperoleh dari berbagai sumber, seperti kotoran ternak (manure) atau bakteri inokulan (bakterial inoculant) berupa Effective Microorganisms (EM-4), orgadec, stardec dan MOL. Mikroorganisme tersebut berfungsi dalam menjaga keseimbangan karbon (C) dan nitrogen (N) yang merupakan faktor penentu keberhasilan pembuatan kompos. Jenis mikroba yang berperan dalam pengomposan antara lain: bakteri, fungi, aktinomisetes, protozoa serta makro fauna seperti semut, laba-laba, tungau, cacing, dan lain-lain. Beberapa faktor yang berpengaruh penting dalam pembuatan kompos antaralain  C/N rasio bahan organik,   ukuran bahan,   aerasi,  kelembaban, dan   suhu.

Nisbah karbon dan nitrogen (nisbah C/N) sangat penting untuk memasok hara yang diperlukan mikroorganisme selama proses pengomposan berlangsung. Bahan yang mengandung karbon 30 kali besar dari pada nitrogen, mempunyai nisbah C/N 30:1. Bahan dasar kompos yang mempunyai nisbah C/N 20:1 sampai 35:1 menguntungkan proses pengomposan. Terlalu besar C/N (>40) atau terlalu kecil (<20) mengganggu kegiatan biologi proses dekomposisi.  Apabila ketersedian karbon terbatas atau terlalu rendah, maka sumber energi yang   dimanfaatkan mikroorganisme untuk mengikat seluruh nitrogen bebas tidak cukup. Apabila ketersediaan karbon berlebihan jumlah nitrogen sangat terbatas sehingga merupakan faktor pembatas pertumbuhan mikroorganisme. Pada umumnya limbah organik mempunyai nisbah C/N berkisar antara 15 dan 30:1. Selama proses dekomposisi berlangsung nisbah C/N turun sampai mendekati 12 pada kompos yang sudah matang.

Pengecilan ukuran bahan akan mendukung percepatan perombakan bahan organik. Semakin kecil ukuran potongan bahan mentahnya, semakin cepat pula waktu pembusukannya.  Penghalusan bahan akan meningkatkan luas permukaan spesifik bahan kompos sehingga memudahkan mikroba dekomposer untuk menyerang dan menghancurkan bahan-bahan tersebut.  Penghalusan bahan yang terlalu kecil akan membuat timbunan menjadi mampat dan menyebabkan udara menjadi sedikit.  Ukuran bahan sekitar 2-10 cm sesuai untuk pengomposan di tinjau dari aspek sirkulasi udara yang mungkin terjadi. Proses pelapukan akan berjalan cepat jika dilakukan pemotongan atau mencacah bahan – bahan pengomposan secara manual atau menggunakan mesin (Sutanto, 2002). Makin kasar struktur dan makin rendah kandungan lengas bahan dasar kompos, makin besar volume pori udara dalam campuran bahan yang didekomposisi. Semakin banyak bahan yang didekomposisi maka bahan akan semakin padat.

Menurut Soeryoko (2011), pasokan oksigen yang diperlukan mikroorganisme aerob dalam proses dekomposisi sebagian dipengaruhi oleh struktur dan ukuran partikel bahan dasar kompos. Faktor yang penting untuk berlangsungnya proses dalam timbunan bahan adalah stabilitas yang kontinu, misalkan kondisi kelembaban. Proses dekomposisi bahan organik menghasilkan panas sebagai akibat  terjadinya metabolisme pada mikroba pengurai. Pada awal pengomposan suhu tumpukan bahan akan berada pada kisaran 32°C dan akan terus naik sampai 60°C bahkan 78°C. Tinggi rendahnya suhu tergantung bahan-bahan yang didekomposisi. Bahan dengan C/N rasio tinggi akan sulit mencapai suhu tinggi, sebaliknya bahan-bahan dengan C/N rasio rendah akan cepat mencapai suhu tinggi. Sutanto (2002),  pada suhu tinggi yang stabil mikroba pengurai akan bekerja dengan lebih cepat. Pengomposan akan berlangsung efisien jika dapat mencapai suhu sekurang-kurangnya 60°C.  Soeryoko (2011), pada prinsipnya bakteri lebih senang pada pH netral, pH optimum berkisar antara 5.5-8.0. Kondisi sangat asam pada awal proses dekomposisi ditunjukkan dengan tidak terajadnya  peningkatan suhu

Tinggalkan komentar