Mental, Moral dan Intelektual di UBB

(Sekilas Pandang Versi Saya)

Riwan kusmiadi

Universitas Bangka Belitung  terlahir  dari  buah pikiran mereka yang peduli pada dunia pendidikan di Bangka Belitung. Kampus ini berdiri di tengah-tengah kegalauan kita sebagai bangsa yang ketika itu sedang berada di masa-masa awal memasuki era reformasi. Semangat untuk membangun  daerah memuncak seiring terbentuknya Provinsi Bangka Belitung yang awalnya merupakan sebuah daerah tingkat dua di bawah Sumatera Selatan.

Naik kelasnya Bangka Belitung menjadi sebuah provinsi ini melambangkan kemandirian karena sejak saat itu kita harus bisa mengurus diri sendiri. Suasana hati masyarakat kala itu sedang  berada di puncak euphoria dan memiliki  mimpi yang sangat tinggi.  Salah satunya adalah memiliki sebuah universitas negeri sendiri. Tiga perguruan tinggi swasta lokal  (STIPER Bangka, Polman Timah, STIPALAS) yang ada di Babel pun membulatkan tekad untuk bergabung  membangun sebuah kekuatan pendidikan tinggi yang  unggul  guna mencetak sumber daya yang mumpuni.

Banyak konsep yang ditawarkan kala itu dan Prof.Dr. Bustami Rahman, seorang  putera daerah yang  memiliki visi jauh kedepan, tampil ke permukaan memimpin dan mengayomi  ketiga perguruan tinggi  tersebut untuk bersama-sama membangun mimpinya.

Rapat terbatas yang dilakukan  oleh tim 7, ditambah saya sebagai orang kedelapan, mulai menunjukkan titik terang. Hadir pada saat itu Prof.Bustami Rahman, Pak Yono (Direktir Polman Timah ), Pak Daulat (Polman Timah),  Pak Zulfakar (Ketua STIPER Bangka),  Pak Asraf (STIPALAS), Ustad Fadillah Sobri (Ketua STIPALAS), Pak Aziz (Provisi BABEL),  dan saya  sebagai  perwakilan dari teman-teman STIPER Bangka. Kesamaan berpikir tentang  perlunya membangun sebuah peradaban yang ditopang oleh sumberdaya  manusia dengan pemahaman yang baik  tentang mental, moral dan  intelektual menjadi pemersatu untuk segera mewujudkan mimpi membangun sebuah universitas kebanggaan masyarakat Bangka Belitung. Konsep tentang mental, moral dan intelektual ini kemudian menjadi ruh dari sebuah slogan yang digunakan oleh Universitas Bangka Belitung, yakni Unggul Membangun Peradaban.

Pada awalnya banyak pertanyaan yang terlontar terkait makna dari slogan ini, termasuk saya sendiri kala itu masih rancu memaknainya. Jadi tidak heran ketika slogan ini dilempar ke publik, beragam tanggapan dan reaksi dari masyarakat pun mengalir. Kegagapan saya terkait makna hakiki dari slogan ini tergambarkan ketika harus mulai melakukan publikasi UBB ke masyarakat, terlebih ketika harus membuat alat promosi  seperti poster dan stiker. Bagaimana caranya membreakdown slogan ini ke dalam bahasa gambar? Ilustrasi seperti apa yang mampu mempresentasikan slogan ini secara utuh dan benar? Di tengah kebingungan itu Prof Bustami memberikan pencerahannya sehingga saya pribadi mulai memahami apa makna sebenarnya dari slogan ini. Pemahaman ini sangat membantu dalam menyelesaikan tugas-tugas publikasi UBB di masa-masa awal berdirinya.

Komitmen yang dimiliki Universitas Bangka Belitung dalam membangun sumberdaya manusia sangatlah tinggi. Hal ini tercermin dalam pelaksanaan Tridarma Perguruan tinggi. Memang setiap perguruan tinggi   diwajibkan melaksanakan Tridarma tersebut namun UBB memiliki kekhasannya sendiri yang terletak pada Visi dan  Misi yang dipedomani.  Agar mudah dipahami oleh seuruh civitas  akademika maka visi dan misi ini diterjemahkan dalam sebuah tagline yang merbunyi “Unggul Membangun Peradaban”.  Peradaban yang unggul ini selanjutnya  dikerucutkan  ke dalam tiga kata  yaitu Mental, Moral dan Intelektual atau  MMI.

Mental merupakan  sesuatu yang penting untuk dimiliki oleh setiap insan. Setidaknya dalam persepsi saya ada 5 suasan batin yang dapat dimaknai dari kata mental. Pertama Mental dapat dimaknai  sebagai kemampuan dalam menahan. Kemampuan menahan ini dalam keseharian kita kenal dengan sabar. Sabar adalah kata kunci dalam mengendalikan apapun.  Bagi seorang muslim, setiap permasalahan yang dihadapi oleh siapapun solusinya adalah sabar dan shalat. “Hai orang orang yang beriman  jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta  orang orang yang sabar (QS. Al Baqarah:153).

Kedua, Mental dapat dimaknai sebagai  keberanian. Keberanian merupakan kekuatan emosi terhadap akal pada saat nekad atau menahan diri. Sisi positif dari keberanian adalah mendorong seseorang  melakukan pekerjaan berat dan mengandung risiko. Dengan sifat pemberani  seseorang  dapat bersabar  menerima musibah dan  dapat menguasai jiwa  dan berbuat sebagaimana mestinya.

Ketiga, mental dapat dimaknai sebagai ketabahan. “Wahai orang yang beriman  bersabarlah dan  kuatkanlah kesabaramu” (QS. Ali Imran :200). Jadi ketabahan adalah kesabaran yang dilakukan secara terus menerus. Kobas dkk  dalam jurnal  of personality and social Psychologi (1982) menjelaskan  ketabahan hati sebagai  suatu konstelasi karakteristik kepribadian  yang berfungsi sebagai  sumber daya untuk  menghadapi  peristiwa-peristiwa hidup yang menimbulkan stress.

Keempat mental dapat dimaknai sebagai Ridho. Ridho adalah prilaku menerima  dengan senang  apa yang telah diberikan  Allah kepadanya berupa ketentuan yang diberikan kepada manusia. “Cukuplah Allah bagi kami, Allah akan  memberikan sebagian dari  karuniaNya dan demikian pula Rasulnya. Sesungguhnya  kami adalah orang-orang  yang berharap  kepada Allah  (tentunya yang demikian itu lebih baik bagi mereka ) (QS. At Taubat: 59).

Kelima mental dapat dimaknai  sebagai Taat. Secara bahasa taat artinya adalah tunduk dan patuh terhadap perintah Allah  SWT dan Rasulnya dan ulil amri (pemimpin). Nilai-nilai luhur dari taat adalah  membimbing  perilakunya, senantiasa  memegang teguh keimanan kepada tuhan yang maha esa, menjaga segala ucapan dan perbuatan  sesuai dengan  apa yang diperintahkan oleh Allah SWT, menumbuhkan sikap mawas diri dan berhati-hati sehingga segala  ucapan dan perbuatannya terpelihara dari perilaku keji dan mungkar.

Ketiga kata  yang menggambarkan visi dan misi ini yaitu  Mental Moral dan Intelaktual menurut hemat saya merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisah-pisahkan. Satu tidak lebih penting daripada yang lain. Semua sama pentingnya. Moral merupakan akhlak, etika, suatu hukum  perilaku  yang diterapkan  kepada setiap individu dalam bersosialisasi dengan sesamanya sehingga terjalin rasa hormat menghormati antarsesama. Secara umum fungsi moral adalah untuk mewujudkan  harkat dan martabat kepribadian  manusia melalui  pengalaman  nilai-nilai dan  norma.

Mental dan moral perlu digali lebih dalam dengan menggunakan intelektual. Intelektual merupakan  kemampuan seseorang dalam menggunakan kecerdasannya  untuk bekerja, belajar, membayangkan, menggagas,  atau menyoal  dan menjawab persoalan  tentang berbagai gagasan.  Seseorang yang memiliki intelektualitas sering disebut sebagai cendekiawan Kira-kira penggambaran tentang cendekiawan adalah pemikir  yang senantiasa berpikir dan mengembangkan  serta menyumbangkan  gagasannya  untuk kesejahteraan masyarakat.

Universitas Bangka Belitung memiliki komitmen untuk menanamkan nilai-nilai MMI ini. Penyusunan  definisi serta  indikator- indikator  telah dilakukan bahkan pada setiap mata kuliah MMI menjadi bahan evaluasi. Jika komitmen ini  dilaksakanakan secara  terus-menerus dan konsekuen serta terus dievaluasi pelaksanaannya  saya kira  Universitas Bangka Belitung  pada tahun 2035 akan memiliki pengalaman dan  kemampuan  dalam membangun sumberdaya manusia  berdasarkan Mental Moral dan Intelektual. Dan secara optimis  sayapun meyakini UBB  mampu menjadi sebuah universitas yang unggul membanguan peradaban. Unggul membangun sumber daya manusia yang mencakup seluruh aspek kehidupan manusia yang baik. Semoga…

Tinggalkan komentar