Menurut Febriani S (2017), aplikasi ekstrak rimpang kencur (Kaempferia galanga L.) pada konsentrasi 30% dapat menghambat pertumbuhan Colletotrichum musae. C musae ini merupakan penyebab penyakit antraknosa pada pascapanen buah pisang. Cahyono (2009), C musae dapat menginfeksi langsung pada daun melalui mulut kulit atau luka- luka yang ada. Penetrasi (menginfeksi) secara langsung melalui kutikula kulit buah atau luka pada sisir buah karena pemotongan sisir dari tangkai tandan. Buah pisang yang masih muda (mentah) apabila terinfeksi akan menyebabkan pertumbuhan buah terhambat dan buah mengeras sehingga tidak dapat dikonsumsi dan apabila buah yang matang terinfeksi, maka buah yang sudah matang dalam penyimpanan akan cepat rusak sehingga buah cepat membusuk.
Kuntarsih (2012), pada saat musim hujan serangan penyakit antraknosa banyak terjadi karena pada saat itu buah menjadi lunak. Kelembaban yang hampir jenuh dan suhu yang tinggi (27-30°C) menjadi faktor utama pertumbuhan cendawan menjadi sangat cepat. Gejala khusus yang ditimbulkan oleh C musae antara lain bercak coklat dan bagian tengah bercak akan tampak massa konidium berwarna merah muda sampai merah karat. Seluruh permukaan buah dapat ditutupi oleh bercak yang menyatu dan meluas yang kemudian akan terus berkembang kearah ujung buah. Gejala ini selanjutnya terus berkembang cepat membentuk noda dan menyatu dengan noda lainnya sehingga membentuk noda yang sangat besar. Serangan ini juga mengakibatkan buahnya menjadi mengkerut, membusuk dan kering.
Peran ekstrak kencur dalam menghambat pertumbuahan C musae tidak lepas dari senyawa aktif yang terkan dung di dalamnya. Senyawa aktif yang terkandung di dalam rimpang kencur antara lain saponin, flavonoid, tanin dan minyak atsiri. Menurut Gholib (2009), daya penghambatan pertumbuhan cendawan oleh ekstrak kencur disebabkan oleh komponen aktif yang terkandung di dalamnya. Tanin yang terkandung dalam rimpang kencur memiliki kemampuan untuk menganggu proses terbentuknya komponen stuktur dinding sel cendawan dengan menghambat sintesis khitin dalam sel.
Kandungan sineol dalam rimpang kencur mempunyai kemampuan untuk menghambat sintesis ergosterol yang terdapat dalam membran sel cendawan, permeabilitas membran sel cendawan akan terganggu dan akan mengakibatkan kebocoran sel, dengan keluarnya berbagai komponen penting sel cendawan dari dalam membran sel akan mengakibatkan sel lebih mudah terjadi lisis. Wulandari (2012), saponin bersifat antibakteri dan anti cendawan dengan mekanisme kerja yaitu menurunkan tegangan permukaan membran sterol sehingga permeabilitas membran sel menjadi terganggu.
Saponin memiliki efek anticendawan seperti sineol yang dapat merusak membran sel cendawan, sedangkan flavonoid akan membentuk kompleks dengan protein membran sel. Pembentukan kompleks tersebut menyebabkan rusaknya membran sel karena hilangnya kandungan isi sel di dalam sitoplasma. Kerusakan membran sel bersifat irreversibel. Flavonoid pada kadar rendah akan dapat menyebabkan penetrasi fenol ke dalam sel, yang menyebabkan terjadinya denaturasi protein (Pelczar dan Chan 2008).
Griffin dalam Wasilah (2010), senyawa anticendawan yang terkandung dalam minyak atsiri dapat mengganggu metabolisme dalam mitokondria yaitu pada tahap transfer elektron dan fosforilasi. Terhambatnya transfer elektron akan mengurangi oksigen dan mengganggu fungsi dari siklus asam trikarboksilat. Selain itu, tahap fosforilasi yang tidak terjadi menyebabkan terhambatnya pembentukan ATP dan ADP.
Purwantisari (2009), terganggunya pengambilan oksigen yang terus menerus oleh senyawa bioaktif yang terkandung di dalam minyak atsiri akan menyebabkan kerusakan mitokondria, pada akhirnya mitokondria tidak berfungsi lagi sebagai tempat terjadinya metabolisme, hal ini akan mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan C. musae. Proses penghambatan juga disebabkan oleh senyawa bioaktif seskuiterpenoid yang mengakumulasi globula lemak di dalam sitoplasma sel tersebut, sehingga merusak organel-organel sel terutama mitokondria, serta merusak membran nukleus sel cendawan, sehingga pemberian ekstrak kencur tersebut akan menyebabkan pertumbuhan diameter jamur semakin mengecil.